DPI
4.5. Parameter Biologi
4.5.1. Produktivitas primer
Pengamatan plankton yang dilakukan di perairan
Tambak Lorok terdapat beberapa spesies, yaitu spesies Lunatis A.Braun berjumlah 1, Operculati
berjumlah 1, Curvula berjumlah 1, dan
Poilmariana berjumlah 1. Total jumlah
plankton yang teramati pada masing-masing genus berjumlah 4 buah. 1 genus hanya
teramati 1 spesies.
Hasil
pengamatan pada praktikum daerah penangkapan ikan, nilai kelimpahan plankton
sebesar 203,8224 P. Indeks
keanekaragaman spesies nya senilai 1,384
P. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan air setengah tercemar. Persamaan yang
digunakan dalam untuk menghitung
indeks ini ialah persamaan Shannon
Wieneer. Indeks keanekaragaman tersebut juga dapat menggambarkan sifat.
Beberapa kriteria Kualitas air ialah sebagai berikut:
Tabel .
Kualitas Perairan
No
|
Indeks
|
Kualitas
Perairan
|
I
|
>3
1-3
<1
|
Air bersih
Setengah
tercemar
Tercemar
berat
|
II
|
3,0-4,0
2,0-3,0
1,0-2,0
|
Tercemar
sangat ringan
Tercemar
ringan
Setengah
tercemar
|
III
|
2,0
2,0-1,0
1,5-1,0
<1,0
|
Tidak
tercemar
Tercemar
ringan
Tercemar
sedang
Tercemar
Berat
|
Indeks
Keseragaman Spesiesnya berjumlah 0,99. Jika indeks mendekati 1, maka
keseragaman antara spesies relatif merata dan perbedaannya tidak begitu menyolok. Indeks dominasinya sebesar
1. Artinya ialah satu jenis mendominasi yang lain. Hal ini disebabkan oleh
komunitas dalam keadaan labil dan terjadi tekanan ekologis (stres).
Menurut
Au Doris et al (1989) dalam Nugroho (2006), indeks keseragaman
berkisar antara 0-1, sebagai berikut:
a)
Jika
indeks keseragaman (E) mendekati 0, maka keseragaman antara spesies rendah, hal
ini mencerminkan bahwa kekayaan individu masing-masing spesies sangat jauh
berbeda.
b)
Jika indeks keseragaman (E) mendekati nilai 1,
maka keseragaman antara spesies relatif merata dan perbedaannya tidak begitu
menyolok.
Menurut Djumanto dkk. (2009), aktivitas
fotosintesis yang dilakukan plankton akan menghasilkan karbohidrat dan oksigen,
sehingga dapat meningkatkan kelarutan oksigen dalam perairan. Plankton sebagai
penyumbang terbesar kelarutan oksigen pada lingkungan perairan keberadaannya
sangat penting untuk menunjang kehidupan dalam air. Fitoplankton tidak memiliki
alat gerak dan keberadaannya di lingkunga sangat dipengaruhi oleh gerakan air,
arus dan gelombang serta siklus matahari. Plankton beradaptasi untuk
mempertahankan kedudukannya pada kolom air dengan berbagai cara, misalnya
saling berikatan membentuk kelompok, meningkatkan daya apung dengan
mengembangkan bentuk tubuh berduri, berbulu, atau bercambuk. Pada perairan yang
subur dan konsentrasi populasi plankton sangat tinggi akan ditemukan populasi
ikan yang melimpah. Informasi kemelimpahan plankton menjadi sangat penting
untuk kajian produktivitas perairan, kajian kapasitas produksi perairan, kajian
dinamika populasi ikan dan manajemen sumberdaya perairan. Sebaran spasial
plankton sangat penting sebagai dasar evaluasi kesuburan perairan dan kondisi
lingkungan perairan.
Menurut Nugroho (2006), organisme
fitiplankton memegang peranan penting dalam penentuan produktivitas perairan,
karena berperan sebagai produsen bagi berlangsungnya proses kehidupan (transfer
energi melalui rantai makanan) dalam
suatu perairan. Lingkungan yang tidak menguntungkan bagi fitoplakton dapat
menyebabkan jumlah individu atau kelimpahan maupun jumlah spesies fitoplankton
berkurang. Keadaan ini dapat mempengaruhi tingkat kesuburan perairan, karena
suatu tingkat kesuburan suau perairan
salah satunya ditentukan oleh tingkat kemelimpahan fitoplankton.
4.6. Kepadatan Stok Ikan Demersal
Total kepadatan stok ikan demersal ialah sebesar 0,02 gr/m2. Kepadatan stok ikan juga dihitung tiap stasiun. Stasiun
II sebesar 0,01 gr/m2, stasiun III sebesar 0,02 g/m2, dan
stasiun IV sebesar 0,04 gr/cm2.
Tabel .
Kepadatan Stok Ikan Demersal Tiap Stasiun
Stasiun Sampling
|
Kepadatan stok (gr/m2 )
|
I
|
0,008
|
II
|
0,001
|
III
|
0,04
|
Sumber: Praktikum Daerah Penangkapan
Ikan 2013
Menurut
Picher (1982) dalam Sriati (2011), permasalahan dalam pengelolaan sumberdaya
perikanan terbagi dalam dua pokok persoalan, yaitu permasalahan biologi dan
ekonomi. Permasalahan biologi adalah stok sumberdaya ikan terancam
kelestariannya. Hal ini berkaitan dengan pertanyaan seberapa banyak jumlah atau
biomassa ikan dapat diambil tanpa mengganngu keberadaan stoknya. Kegagalan
dalam menjawab pertanyaan ini menimbulkan keselahan pengelolaan perikanan di
masa lalu.
Hasil pengamatan kepadatan stok tiap
spesies terdapat pada tabel
Tabel . Kepadatan Stok Ikan Tiap Spesies
Spesies
|
Kepadatan stok (gr/cm2)
|
udang putih littopenaus vannamei
|
0,002
|
Ikan Gerik
|
0,0007
|
Ikan Keeper Scatophagus argus
|
0,002
|
Udang
Ronggeng
|
0,0008
|
Ikann Kurisi
|
0,0009
|
Ikan Petek
|
8,59
|
Ikan
Rajungan
|
0,001
|
Ikan Taper
|
0,0003
|
Ikan Smadar
|
0,0003
|
Ikan Grabak
|
0,0008
|
Ikan Ilat
|
0,0017
|
Ikan Tembuk
|
0,0008
|
Ikan Juwi
|
0,001
|
Ikan Gabro
|
0,0003
|
Ikan Belanak
|
2,06
|
Sotong
|
0,002
|
Sumber:
Praktikum Daerah Penangkapan Ikan 2013
Kepadatan
stok ikan juga dihitung tiap spesiesnya. Pada spesies udang putih, kepadatan
stoknya sebesar 0,0002 gr/m2, Ikan Gerik sebesar 0,0007 gr/m2, Ikan Keeper
sebesar 0,002 gr/m2, Udang Ronggeng sebesar 0,0008 gr/m2,
Ikan Kurisi sebesar 0,0009 gr/m2,
Ikan Petek sebesar 8,59 gr/m2, Rajungan sebesar 0,0015 gr/m2,
Ikan Taper sebesar 0,0003 gr/m2, Ikan Smadar sebesar 0,0003 gr/m2,
Ikan Grabak sebesar 0,0008 gr/m2, Ikan Ilat sebesar 0,0017 gr/m2,
Ikan Tembuk sebesar 0,0008 gr/m2, Ikan Juwi sebesar 0,001 gr/m2,
Ikan Gabro sebesar 0,0003 gr/m2, Ikan Belanak sebesar 2,06 gr/m2,
dan sotong sebesar 0,002 gr/m2. Dari data ini, kepadatan stok
terbesar terdapat pada spesies Ikan Petek yang besarnya 8,59 gr/m2.
Kepadatan stok terendah terdapat pada spesies Udang putih. Kepadatan stok udang
putih sebesar 0,0002 gr/m2.
Menurut
Sumiono et al (2004) dalam Sriati (2011), bahwa tingkat
pemanfaatan sumberdaya perikanan dapat dideteksi melalui berbagai indikator.
Indikator yang dapat dikelompokkan menjadi indikator ekosistem dan indikato
stok. Salah satu indikator ekosistem terjadi pemanfaatan berlebih terhadap
suberdaya (overfishing) adalah penurunan hasil tangkapan per satuan upaya (catch per unit effort: CPUE).
DAFTAR PUSTAKA
Djumanto, dkk. 2009. Pola Sebaran Horizontal dan
Kerapatan Plankton di Perairan Bawean. LIPI: Jakarta
Sriati. 2011. Kajian Bio-Ekonomi Suberdaya Ikan
Kakap Merah Yang Didaratkan di Pantai Selatan Tasikmalaya,
Jawa Barat. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universit Padjajaran: Bandung
Nugroho, Astri. 2006. Bioindikator Kualitas Air.
Universitas Trisakti: Jakarta
Komentar
Posting Komentar