Inventory
TUGAS
DASAR-DASAR MANAJEMEN
1.
Inventory Control
Inventory atau barang
persediaan merupakan aset perusahaan yang berupa persediaan bahan baku/raw
material, barang-barang sedang dalam proses produksi, dan barang-barang yang
dimiliki untuk dijual. Karena inventory disimpan di gudang, maka
manajemen inventory dan gudang sangat berkaitan. Pergudangan sendiri
adalah kesatuan komponen didalam Suplay Chain product. Gudang berfungsi
sebagai tempat penyimpanan barang ya, sampai digunakan dalam proses produksi.
Fungsi penyimpanan ini sering disebut ruang persediaan, gudang bahan
baku, dll. Perusahaan besar atau kecil, untuk pengadaan dan penyimpanan barang
ini diperlukan biaya besar. Biaya penyimpanan ini setiap tahun umumnya mencapai
sekitar 20 – 40% dari harga barang (Indrajit, R,E., Djokopranoto,R., Manajemen
Persediaan, 2003, Gramedia, hal.3). Untuk itu diperlukan strategi atau
manajemen inventory yang baik agar biaya persediaan optimum.
Dalam Struktur Organisasi ada
beberapa variasi untuk mempertegas fungsi Planning dan Gudang (material
ware house dan Final Product ware house), untuk kondisi seperti ini, PPIC
bertanggung jawab pada Monitoring Persediaan ( Safety Stock, Mengeluarkan
Bill of Material, akurasi data inventory, efektivitas sistem invormasi ). Sedangkan
aktivitas pergudangan, seperti; 1) Penerimaan, Penyimpanan, dan pengiriman raw
material ke bagian processing, 2) Penerimaan, Penyimpanan, dan pengiriman final
product ke Customer, 3) Mengoperasikan Sistem informasi, Umumnya dibawah
kendali Head Ware House setingkat Supervisor atau Manager, disesuaikan
dengan Lingkup tanggung jawabnya.
Pengelolaan Inventory atau barang
persediaan
Barang persediaan terdiri dari : 1)
Material dan Supporting Material, 2) Work In Process (WIP), dan 3) Final
Product.
- Material dan Supporting Material (M&SM). Ada dua hal yang harus selalu diperhatikan untuk pengadaannya, yaitu; 1) M&SM tanpa melihat order customer , 2) M&SM berdasarkan order customer. Dengan pertimbangan minimalisir biaya pengadaan dan buffer, memiliki stock M&SM dalam batas optimum dengan beberapa metode peramalan memberikan jaminan akan kelancaran proses ( fluently production process ). Namun tidak menutup kemungkinan adanya emergency order atau order spesial sehingga menyebabkan keluarnya Bill of material (BOM) setelah kedatangan order customer atau setelah arrange order ( master production schedulle/MPS )
- Work In Process ( WIP ). Kondisi ideal, tahapan process dari satu station ke station lainnya berlangsung secara continue. Namun ada beberapa proses memerlukan pengelolaan khusus, akibatnya produksi terbagi kedalam beberapa divisi berdasarkan proses. Pergeseran barang ½ jadi terkadang tidak bisa sempurna atau satu banding satu. Karena aspek kerumitan dan ongkos pengerjaan yang ekonomis, produk dari Divisi A yang menjadi bahan baku untuk proses di divisi B, terkadang tidak dibuat pas atau sesuai dengan order customer, mempertimbangkan aspek yang saya sebut sebelumnya, quantity yang diproduksi kadang berlebih. Inilah yang disebut WIP, bagian PPIC bertanggung jawab penuh dalam mengendalikan barang persediaan jenis ini. Peranan Sistem Informasi dan penerapan logic proses yang tepat dapat menjamin pengendalian WIP. PPIC akan selalu dapat memantau progress produksi di semua tahapan proses.
- Final Product. Barang persediaan jenis ini relatif lebih mudah dikendalikan, karena posisinya sudah di tahap akhir, dengan manajemen ware house yang baik, pengendalian final product bisa dilakukan dengan baik. Poinnya, PPIC harus secara real time dan up to date dalam menerima informasi mengenai final product siap dikirim ke customer.

2. Stok Penyangga
Dalam
rangka ini menyerap variabilitas acak, terutama dalam permintaan dan lead time,
sistem persediaan coba keamanan untuk stok penyangga. Dengan menggunakan
persediaan penyangga kita berusaha untuk mengurangi risiko kehabisan stok.
Semakin besar buffer stock mempertahankan dikurangi RISC mengalami kekurangan.
Namun, seperti meningkatnya stok pengaman rases biaya holding
Penentuan buffer stock yang dibutuhkan untuk
mendukung tingkat pelayanan yang diberikan tergantung s pada jenis sistem manajemen persediaan, order cuaca ditempatkan
pada interval tetap dalam jumlah yang tetap.
3.
Lead
Time
Lead Time merupakan salah satu indicator
terpenting untuk mengukur Kinerja
bagian Processing / Produksi, disamping quality dan
cost
pastinya. Lead Time adalah waktu
yang diperlukan oleh bagian processing/produksi untuk memproduksi item
produk per capacity yang sudah ditentukan. Lead time yang semakin pendek
pasti menjadi salah satu kekuatan manufacture dalam iklim
persaingan yang semakin kompetitif. Pada dasarnya, tidak ada customer
yang mau menunggu dalam waktu relative lama, saat
membeli. Lead time yang semakin pendek pasti menjadi salah
satu kekuatan manufacture dalam iklim persaingan yang semakin
kompetitif. Pada dasarnya, tidak ada customer yang mau menunggu dalam
waktu relative lama, saat membeli.
Istilah lead time biasa digunakan dalam sebuah industri
manufaktur. Artinya adalah waktu yang diperlukan oleh perusahaan untuk memenuhi
order. Mulai dari datangnya order hingga produk yang dipesan sampai ke tangan customer.
Dari pengertian di atas bisa
diuraikan komponen atua variabel penyusun lead time, yaitu:
- Waktu order, yaitu waktu yang diperlukan untuk memenuhi dokumen order, termasuk spesifikasi teknis dari produk yang dipesan.
- Waktu persiapan bahan, yaitu waktu yang diperlukan untuk mempersiapkan bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat produk. Biasanya dilakukan dalam MRP (Material Requirement Planning) atau PPIC (Production Planning & Inventory Control)
- Waktu produksi, yaitu waktu yang diperlukan untuk membuat produk yang dipesan. Termasuk di dalamnya adalah waktu untuk inspeksi atau quality control dan perpindahan material dari mesin ke mesin.
- Waktu pengiriman, yaitu waktu yang diperlukan untuk mengirim produk jadi kepada customer.
Di dalam sebuah industri, waktu berarti uang. Semakin
panjang waktunya maka semakin besar uang yang harus dikeluarkan. Oleh karena
itu dunia industri selalu berlomba-lomba untuk menekan lead time
dengan menggunakan berbagai metode.
Berikut ini konsep-konsep yang biasa digunakan untuk
mereduksi lead time:
- Konsep Lean. Adalah sebuah konsep yang menekankan pada identifikasi jenis aktifitas value-adding activity, non-value-adding activity dan necessary but non-value-adding activity serta pemborosan atau waste kemudian melakukan identifikasi penyebab terjadinya waste dan tipe aktifitas tersebut, kemudian melakukan upaya untuk mengeliminasi non-value-adding activity serta waste yang ada. Konsep Lean ini diadopsi dari sistem produksi Toyota.
- Konsep Lean Sigma. Konsep ini menggabungkan antara konsep lean dari Toyota dengan konsep Six Sigma dari Motorola. Six Sigma sendiri bertujuan untuk Zero Defect atau produksi tanpa cacat. Tujuannya dari Lean Sigma adalah memproduksi dengan tingkat toleransi kecacatan maksimal 3-4 per satu juta produk.
4.
Inventory
Probabilistik
Model inventori probabilistik adalah model pada
sistem inventori yang diterapkan pada suatu perusahaan dengan permintaan barang
yang tidak diketahui dengan pasti tetapi bisa dilakukan suatu pendekatan yaitu
dengan distribusi peluang. Jika suatu perusahaan mengalami kekurangan
persediaan maka terdapat dua kemungkinan yaitu kasus permintaan tertunda (back
order case) dan kasus kehilangan penjualan (lost sales case). Pada skripsi ini
hanya dibahas model inventori probabilistik untuk kasus back order. Tujuan
penulisan skripsi ini adalah menentukan jumlah bahan baku yang dipesan setiap
kali pemesanan dan kapan pemesanan itu dilakukan secara optimal untuk
meminimalkan total biaya inventori tahunan.
Komentar
Posting Komentar