PENGARUH KELEBIHAN PAKAN (OVER FEEDING)
TERHADAP KEMATIAN IKAN

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar-Dasar Budidaya








KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan waktu yang telah ditentukan dan berjalan sesuai dengan rencana. Makalah ini berjudul Pengaruh Kelebihan Pangan Terhadap Kematian Ikan disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-Dasar Budidaya Perairan.

Dengan tersusunnya makalah ini maka tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut berpartisipasi untuk membantu penulis dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwas makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan sarannya yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan dan penyusunan makalah ini.

 Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan khususnya bagi penulis dalam memenuhi tugas mata kuliah. Terima kasih.







Semarang, Juni 2012


                                                                                        Penulis
DAFTAR ISI






















BAB 1
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Waduk,danau,dan kolam merupakan lahan yang dibuat untuk menampung air dalam jumlah tertentu sehingga dapat digunakan untuk pemeliharaan ikan dan atau hewan air lainnya. Saat ini banyak orang yang melakukan usaha budidaya ikan untuk menghasilkan keuntungan. Tetapi, usaha yang dilakukan kadang-kadang menimbulkan suatu masalah seperti pencemaran dan kematian ikan. Salah satu penyebab pencemaran dan kematian ikan ialah pemberian pakan pada ikan.
Pakan dengan nutrisi yang baik pada budidaya ikan sangat penting untuk  menghasilkan produk ikan yang ekonomis, sehat dan berkualitas tinggi. Dalam beberapa tahun ini perkembangan nutrisi pakan ikan maju secara dramatis dengan perkembangan yang baru, yang mempromosikan optimasi pertumbuhan dan kesehatan ikan pada pakan komersil.  Tetapi, apabila kita memberikan pakan secara berlebihan, maka akan menyebabkan kematian pada ikan dan pencemaran lingkungan. Pada makalah ini, akan dibahas tentang mortalitas ikan akibat kelebihan pakan atau over feed.
B.   Tujuan
Tujuan dari makalah ini ialah:
1.      Mengetahui akibat kematian ikan akibat kelebihan pakan atau over feeding.
2.      Mengetahui solusi untuk mencegah kematian ikan akibat over feeding.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam kegiatan budidaya, pakan memegang peranan yang penting. Pakan merupakan faktor yang berpengaruh secara dominan terhadap pertumbuhan ikan karena pakan berfungsi sebagai pemasok energi untuk pemacu
 pertumbuhan (Huet,1971). Pemberian pakan dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu harus diupayakan supaya ikan budidaya  dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan rasio konversi pakan yang rendah(Lamidi & Asmanelli,1994). Rasio pemberian pakan secara optimal tidak hanya penting untuk pertumbuhan dan memeperkecil konversi pakan tetapi juga untuk alasan ekonomis dan lingkungan seperti mencegah penurunan kualitas air media pemeliharaan sebagai akibat kelebihan pemberian pakan(Langar & Guilaume,1994).

Menurut  Ismoyo  (1994)  dalam setiap organisme memiliki tingkat toleransi tertentu terhadap setiap perubahan kualitas air, Kualitas air merupakan salah satu faktor kunci dalam keberhasilan budidaya.  Permasalahan yang terjadi kini adalah menurunnya kualitas air tambak atau perairan area budidaya  yang dipicu oleh pembusukan sisa pakan di dasar tambak dan penyebaran bahan-bahan beracun yang meningkat di dalam tambak.

Kualitas dan kuantitas pakan sangat penting dalam budidaya, karena hanya dengan pakan yang baik dapat tumbuh dan berkembang sesuai dergan yang kita inginkan. Kualitas pakan yang baik adalah pakan yanq mempunyai gizi yang seimbang baik protein, karbohidrat maupun lemak serta vitamin dan mineral.
Kegiatan budidaya ikan sistem KJA yang dikelola secara intensif membawa konsekuensi penggunaan pakan yang besar yang bagaimanapun efisiensinya rasio pemberian pakan, tidak seluruh pakan yang diberikan akan termanfaatkan oleh ikan-ikan peliharaan dan akan jatuh ke dasar perairan. Pakan ikan merupakan penyumbang bahan organik tertinggi di danau/waduk (80%) dalam menghasilkan dampak lingkungan (Garno, 2000).
 Jumlah pakan yang tidak dikonsumsi atau terbuang di dasar perairan oleh ikan sekitar 20–50%. Berbagai pendapat mengenai jumlah pakan yang terurai di danau /waduk:
  1. Lukman & Hidayat (2002) bahwa sisa pakan dalam bentuk kotoran ikan yang jatuh ke perairan sekitar 50% dari pakan yang diberikan.
  2. Philips et al., (1993), Boyd (1999), Mc Donad et al., (1996), 30% dari jumlah pakan yang diberikan tertinggal sebagai pakan yang tidak dikonsumsi dan 25-30% dari pakan yang dikonsumsi akan diekskresikan.
  3. Sutardjo (2000), limbah pakan yang terbuang ke perairan yang diperkirakan sekitar 30–40%.
  4. Rachmansyah (2004), pakan yang diberikan pada ikan hanya 70% yang dimakan oleh ikan dan sisanya sebanyak 30% akan lepas ke badan perairan danau sebagai bahan pencemar atau limbah.
Pengelolaan limbah budidaya ikan
Aturan yang paling penting dalam nutrisi ikan adalah menghindari pemberian pakan berlebih (over feeding). Overfeeding merupakan menghamburkan pakan mahal, juga menyebabkan polusi air, tingkat oksigen terlarut larut rendah, peningkatan kebutuhan oksigen biologi (BOD), dan peningkatan beban bakteri. Pada umumnya, ikan diberi makan harus hanya sejumlah makanan yang mereka dapat konsumsi dengan cepat (kurang dari 25 menit). Banyak pembudidaya menggunakan pakan apung (extruder) untuk mengamati aktivitas makanan dan untuk membantu memutuskan jika ikan harus diberi makan lebih kurang.
Bahkan dengan pengelolaan yang hati-hati, beberapa makanan berakhir sebagai sampah.

 Misalnya, dari 100 unit pakan diberikan kepada, biasanya sekitar 10 unit pakan tidak dimakan (wasted) dan 10 unit menjadi limbah padat dan 30 unit menjadi limbah cair (50% total limbah) yang dihasilkan oleh ikan. Dari sisa pakan, sekitar 25% digunakan untuk pertumbuhan dan 25% digunakan untuk metabolisme (energi panas untuk proses kehidupan). Angka ini sangat mungkin akan berbeda berdasarkan jenis, ukuran, aktivitas, suhu air, dan kondisi lingkungan.
BAB III
STUDI KASUS
Puluhan Ton Pakan Ikan Cemari Danau Toba

Samosir, (Analisa). Pencemaran kawasan Danau Toba oleh jaring apung atau keramba di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir terus berlanjut.
Informasi yang dihimpun Analisa, Senin (23/4), pencemaran air danau sudah berlangsung sejak lima tahun tanpa ada pengawasan dan penertiban oleh pemerintah Samosir.

Ditemui di Simanindo, A Naibaho, tokoh pemuda di Samosir menyampaikan, air Danau Toba setiap tahunnya semakin tercemar oleh pakan ikan yang diperkirakan mencapai puluhan ton setiap minggunya digunakan oleh perusahaan asing dalam mengembangkan usaha ikannya di Kecamatan Simandindo.

"Air danau terus tercemar, pakan ikan yang berjumlah puluhan ton makin merusak. Parahnya, kerusakan juga diperparah dengan banyaknya eceng gondok tumbuh liar di kawasan danau toba ini," katanya.

Lebih lanjut, Naibaho mengaku, pencemaran danau toba oleh pakan ikan ini juga membuat air danau toba tidak bisa lagi dikomsumsi oleh masyarakat yang masih menggantungkan hidup dari air di sana.

Bahkan, saat air danau di beberapa kawasan di Simanindo digunakan untuk mandi, masyarakat banyak mengeluhkan tentang air yang kotor dan membuat kulit warga menjadi gatal-gatal.

Wakil Ketua DPRD Samosir Jonni Sihotang menyampaikan, pemerintah harus terus berbenah dalam membersihkan dan melestarikan kawasan Danau Toba. Jika sudah menyangkut dengan pencemaran, pemerintah tidak bisa berdiam diri melainkan harus serius membenahi.

"Tugas pemerintah adalah melestarikan dan menjaga hingga mempromosikan pariwisata Samosir seperti keasrian Danau Tobanya, supaya pengunjung betah dan bisa menikmati indahnya danau saat berkunjung ke Samosir," katanya.

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir, Ir Theodora Sihotang SH saat dikonfirmasi juga menyampaikan, pihaknya tidak pernah putus asa dalam memberikan pendekatan kepada masyarakat dan pengusaha keramba di Kabupaten Samosir dalam mengelola potensi wisata.

"Yang pasti, kami tidak akan pernah putus asa untuk terus membenahi pariwisata di Samosir, dan kami meminta kepada masyarakat untuk mau peduli, untuk mau menjaga keasrian danau toba itu," tambahnya. (fra)












BAB IV
ANALISA
Contoh kasus di atas merupakan kasus pencemaran air akibat over feeding yang menyebabkan kematian ikan.Umumnya di danau/waduk, pemberian pakan adalah dengan sistem pompa yaitu pemberian pakan sebanyak-banyaknya akibatnya terjadi pemberian pakan berlebih (over feeding). Pemberian pakan yang dilakukan secara adbilitum (terus menerus hingga ikan betul-betul kenyang) menyebabkan banyak pakan yang terbuang (inefisiensi pakan) dan terakumulasi di dasar perairan. Sisa pakan yang tidak termakan dan ekskresi yang terbuang pada akhirnya akan diuraikan oleh jasad-jasad pengurai yang memerlukan oksigen. Dalam kondisi anaerob penguraian akan berjalan dengan baik, namun dari proses anaerobik ini dihasilkan berbagai gas beracun yang dapat mencemari perairan danau/waduk.
Disamping hal tersebut, sisa pakan dan buangan padat ikan akan terurai melalui proses dekomposisi membentuk senyawa organik dan anorganik, beberapa diantaranya senyawa nitrogen (NH3, NO2, NO3) dan fosfor (PO4) . Senyawa-senyawa nitrogen (N) dan fosfor (P) diperlukan oleh fitoplankton dan tumbuhan air lainnya. Di perairan fitoplankton merupakan produsen primer yang mempengaruhi kelimpahan organisme. Sisa-sisa pakan dan kotoran ikan dari KJA berperan sebagai pupuk yang dapat menyuburkan perairan danau/waduk. Apabila dalam keadaan hipertropik berakibat pertumbuhan yang tidak terkendali (blooming) plankton jenis tertentu.         
Kotoran ikan dapat menimbulkan deposisi yang meningkat di dasar perairan, selanjutnya mengakibatkan penurunan kadar oksigen di bagian dasar. Pasokan oksigen dalam pengelolaan KJA adalah untuk respirasi biota, pembusukan feses ikan dan pembusukan sisa pakan ikan. Menurutnya untuk setiap gram organik (limbah budidaya ikan) diperlukan 1,42 gram oksigen. Konsentrasi oksigen yang tersedia berpengaruh secara langsung pada kehidupan akuatik khususnya respirasi aerobik, pertumbuhan dan reproduksi. Konsentrasi oksigen terlarut di perairan juga menentukan kapasitas perairan untuk menerima beban bahan organik tanpa menyebabkan gangguan atau mematikan organisme hidup. Sumber oksigen di perairan berasal dari: difusi atmosfir, fotosintesis,angin, dan susupan oksigen terlarut. Sedangkan penggunaan oksigen terlarut terdapat di lapisan perairan.
1. Lapisan permukaan perairan terdapat:
·           proses pembentukan biomassa dalam karamba dan kotoran (ekskresi & feses) serta sisa pakan
·           proses pembentukan, melalui fotosintesa, memanfaatkan unsur hara menjadi biomassa fitopankton+oksigen.
2. Lapisan tengah terjadi proses mineralisasi sisa pakan/ kotoran ; membebaskan unsur hara. N, P, K, Si dengan memanfaatkan oksigen (DO), akibatnya cadangan DO berkurang, diindikasikan dengan adanya ODR (Oxygen Depletion Rate) atau HODR (Hypolimnion Oxygen Depletion Rate).
3. Lapisan bawah atau dasar perairan, menampung akumulasi sisa pakan/kotoran ikan serta produk dekomposisi sisa pakan seperti: CO2, H2S, NH3, CH4 pada kondisi anaerob. Peningkatan unsur hara (N, P, Si) tersebut potensial menunjang perkembangan fitoplankton (bloom), yang di dominasi oleh kelompok cyanophyceae Mycrocytis sp. Perkembangan fitoplankton tersebut akhirnya mengganggu keseimbangan DO di perairan.

Bahan organik dan nutrien yang berasal dari luar dan dari kegiatan budidaya KJA akan mempengaruhi ketersediaan oksigen dan daya dukung perairan. Daya dukung perairan yaitu kemampuan perairan dalam menerima, mengencerkan dan mengasimilasi beban tanpa menyebabkan perubahan kualitas air atau pencemaran. Cadangan oksigen di perairan danau/waduk sangat terbatas. Apabila beban melampaui ketersediaan cadangan oksigen, akan terjadi deplesi, lalu defisit dan menyebabkan pencemaran. Pada akhirnya pemberian pakan ikan yang berlebihan pada buddiya ikan sistem KJA menjadi penyebab utama menurunnya fungsi ekosistem danau yang berakhir pada terjadinya pencemaran danau, mulai dari eutrofikasi yang menyebabkan ledakan (blooming) fitoplankton dan gulma air seperti enceng gondok (Eichornia crassipes), upwelling dan lain-lain yang yang dapat mengakibatkan kematian pada organisme perairan (terutama ikan-ikan budidaya) serta diakhiri dengan makin menebalnya lapisan anaerobik di badan air danau.
Solusi untuk mencegah over feeding
Solusi untuk mencegah overfeeding ialah dilakukan Penghitungan Konversi dan Efisiensi pakan. Pakan ikan mahal, maka rasio konversi pakan (FCR) atau efisiensi pakan (FE) sangat penting untuk dihitung oleh pembudidaya. Perhitungan itu dapat digunakan untuk menentukan apakah makanan tersebut digunakan seefisien mungkin.
FCR dihitung sebagai bobot pakan yang dimakan ikan dibagi dengan bobot pertumbuhan ikan. Misalnya, jika ikan diberi makan sebanyak 10 kg dan kemudian menghasilkan perolehan bobot 5 kg, maka FCR adalah 10 / 5 = 2.0. FCRs dari 1,5-2,0 dianggap paling baik untuk pertumbuhan kebanyakan jenis ikan.
Efisiensi pakan adalah kebalikan dari FCRs (1/FCR). Pada contoh di atas, adalah FE 5 / 10 = 50%. Atau jika ikan diberi makan 12 kg pellet dan mendapatkan perolehan hasil dengan bobot 4 kg, maka Efisiensi pakan = 4 / 12 = 30%. Efisiensi pakan lebih dari 50% dianggap pertumbuhan yang baik.
Ikan tidak akan sepenuhnya efisien (Efisiensi mencapai 100% atau FCR-nya = 1.0). Pada saat diberi pakan 5 kg, ikan tidak dapat menghasilkan bobot perolehan pertumbuhan 5 kg karena ikan harus menggunakan beberapa energi dalam pakan untuk metabolis panas, proses pencernaan, respirasi, kerja saraf, keseimbangan garam, berenang, dan aktivitas hidup lainnya. Rasio konversi pakan akan bervariasi antara jenis, ukuran dan tingkat aktivitas ikan, parameter lingkungan dan sistem budidaya yang digunakan.



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1.     Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh ialah:
1.      Kelebihan pakan dapat mengakibatkan lingkungan tambak menjadi buruk, penyakit akan mudah menyerang ikan, menimbulkan gas beracun, membunuh ikan, menyulitkan dalam pembentukan fitoplankton akibat ion Fe berkurang karena terikat oleh sulfur dari sisa pakan.
2.      Solusi untuk mencegah over feeding ialah membuat FCR (Food Conversion Ratio).
2.     Saran
Saran yang dapat diperoleh ialah:
1. Seseorang yang ingin melakukan usaha budidaya ikan harus mempelajari terlebih dahulu manajemen pakan yang baik.
2.  Usaha budidaya ikan yang dilakukan jangan sampai mencemari lingkungan sekitar.







DAFTAR PUSTAKA

Djajirah, A.S. 1995. Pakan Ikan Alami. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Hlm 87
Huet, M. 1971. Texbook of Fish Culture: breesing and Cultivation of Fish. Fishing News Book Ltd. England, 436 pp.
Lamidi& Asmanelli.1994. Pengaruh Dosis Pakan terhadap Pertumbuhan Ikan  Lemak Cheilinus undulatus dalam Keramba Jring Apung. J. Pen Budidaya Pantai, 10(5):69-74
Langar L.& Guillame, J. 1994. Estimation of The Daily Ration of Fingerlinng Sea Bass, Dicebtrachus labrax using Radio isotope Method. Aquaculture,123:121-126
Lukman dan Hidayat. 2002. Pembebanan dan Distribusi Organik di Waduk Cirata. Jurnal Teknologi Lingkungan. P3TL-BPPT. Vol. 3 (2): 129 – 135.
Phillips, M.J, Clarke, R. dan Mowat, A. 1993. Phosphorus Leaching from Atlantic Salmon Diets, Aquacultural Engineering. 12 (1993) : 47 – 54.
Rachmansyah. 2004. Analisis Daya Dukung Lingkungan Perairan Teluk Awarange Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan bagi Pengembangan Budidaya Bandeng dalam Keramba Jaring Apung. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Disertasi.
Sumeru,S.U. & Ana S. 1992. Pakan Udang Windu(Penaeus monodon)Yogyakarta.Kanisius.
Sutardjo. 2000. Pengaruh Budidaya Ikan pada Kualitas Air Waduk (Studi Kasus pada Budidaya Ikan dalam Keramba Jaring Apung, di Ciganea, Waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat). Program Studi Ilmu Lingkungan. Program Pascasarjana. Universitas Indonesia. Jakarta. Tesis.

file:///C:/Users/user/AppData/Local/Temp/Rar$EX20.915/Pengolahan%20Pakan%20Pada%20Ikan%20_%20Posluhdes%20Desa%20Nanggerang.htm
LAMPIRAN

Gambar 1. Ikan bawal akibat over feeding

Gambar 2. Udang Akibat Overfeeding

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAB IV UJI ORGANOLEPTIK IKAN SEGAR DAN IKAN SEGAR YANG DIDINGINKAN

Pengaruh Cuaca Terhadap Hasil Tangkapan Ikan

BAB IV UJI ORGANOLEPTIK IKAN SEGAR DAN IKAN SEGAR YANG DIDINGINKAN